|

Wikwik Mamah Muda terbaru2024

 Wikwik Mamah Muda terbaru2024

Tombol Redirect

Wikwik Mamah Muda terbaru2024

Nama saya Tiyo, umur 34 tahun, tinggal di dekat kampus sebuah Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Jogja. Saya menulis cerita ini untuk berbagi pengalaman yang mungkin bisa menjadi inspirasi bagi para pembaca. Semua kejadian dalam cerita ini nyata, namun untuk menjaga privasi, nama-nama yang terlibat telah saya samarkan.

Saya bekerja sebagai General Manager di sebuah perusahaan minuman. Karena posisi saya yang cukup tinggi, saya diberikan fasilitas berupa rumah dinas dan sebuah mobil sedan. Sebagai seorang lajang, waktu luang saya sering saya habiskan dengan jalan-jalan untuk mencari pengalaman dan melepaskan penat.

Kisah ini bermula pada suatu malam ketika saya pulang kerja sekitar pukul 11.00. Dalam perjalanan, mobil saya tanpa sengaja menabrak seorang anak kecil yang sedang menyeberang jalan bersama ibunya. Beruntung, saya berhasil menghentikan mobil tepat waktu sehingga anak itu hanya mengalami luka ringan di pahanya. Ketika saya menawarkan untuk membawanya ke rumah sakit, ibunya menolak dengan alasan lukanya tidak parah.

"Ya sudah, Bu. Biar saya antar Ibu pulang, di mana rumah Ibu?" tanya saya.

“Tidak usah, Den. Kami bisa pulang sendiri,” jawab ibunya

“Kenapa, Bu? Sudah malam, biar saya antar saja,” saya mencoba meyakinkan.

Si Ibu tetap menunduk lesu dan tidak menjawab pertanyaan saya. Tiba-tiba, dari ujung trotoar muncul seorang anak kecil membawa seekor bekicot.

“Ini, Bu. Bekicotnya, biar luka Mbak Tika cepat sembuh,” kata anak itu sambil menyerahkan bekicot kepada ibunya.

Ibu tersebut memecahkan bekicot itu dan mengoleskan cairannya pada luka anak yang ternyata bernama Tika. Setelah itu, dia mencoba menggandeng Tika dan anaknya yang lain untuk pergi. Namun, sebelum mereka sempat pergi jauh, saya menghadang mereka dan menawarkan untuk mengantar mereka pulang.

“Saya antar pulang saja, Bu. Kasihan Tika, jalannya pincang,” saya berkata dengan penuh empati.

“Nggak usah, Den. Kami ini tidak punya rumah, kami hanya gelandangan,” jawab ibu itu sambil menunduk.

Saya terkejut mendengar jawaban itu. Akhirnya, saya memutuskan untuk mengajak mereka tinggal di rumah saya setidaknya untuk malam itu saja. Saya merasa iba dan tidak bisa membiarkan mereka tidur di jalan.

“Kalau begitu, Bu, malam ini Ibu dan anak-anak bisa tinggal di rumah saya. Setidaknya untuk malam ini saja,” saya menawarkan.

“Terima kasih, Ndoro, tapi kami tidak mau merepotkan,” ibu itu, yang kemudian saya ketahui bernama Mbok Inem, menolak dengan sopan.

“Tidak apa-apa, Bu. Ini juga sebagai bentuk tanggung jawab saya karena telah menabrak Tika,” saya menegaskan.

Dalam perjalanan ke rumah, saya mendapat banyak informasi dari Mbok Inem. Ternyata, suaminya meninggalkan mereka saat dia sedang mengandung anak bungsunya, Intan. Mbok Inem berusia sekitar 42 tahun, dengan Tika yang berumur 14 tahun dan Intan yang berumur 11 tahun. Tika sempat menyelesaikan sekolah dasar, sedangkan Intan hanya sampai kelas 4 SD

Sesampainya di rumah, saya mempersilakan Mbok Inem dan anak-anaknya untuk mandi dan makan malam. Namun, saya melihat mereka tidak membawa baju ganti, sehingga setelah mandi, mereka tetap mengenakan pakaian yang sama. Pakaian mereka sudah sangat lusuh dan tidak layak pakai. Saya memutuskan untuk membelikan mereka pakaian baru keesokan harinya, karena kebetulan hari itu adalah hari Minggu.

“Tika dan Intan, makan yang banyak ya, biar cepat besar,” kata saya sambil tersenyum kepada mereka.

“Inggih, Ndoro. Bolehkah Intan menghabiskan semuanya? Intan sudah dua hari tidak makan,” jawab Intan dengan suara lemah.

“Tentu, Nduk. Makan sepuasnya di sini,” saya membalas dengan penuh kehangatan.

Malam itu, saya merasa perlu memastikan keadaan mereka setelah mereka tidur di kamar belakang. Sekitar jam 1 malam, saya pergi ke kamar mereka untuk mengecek. Namun, pemandangan yang saya lihat membuat saya terkejut. Daster Mbok

LihatTutupKomentar

popunder

Facebook