|

ABG SMP Cobain Burung Pacar Muncratt 2024

 ABG SMP Cobain Burung Pacar Muncratt 2024

Tombol Redirect

ABG SMP Cobain Burung Pacar Muncratt 2024

Perkenalkan, namaku Wawan. Aku adalah seorang mahasiswa tingkat akhir di sebuah perguruan tinggi swasta (PTS) di Jakarta. Sambil menyelesaikan kuliahku, aku juga menjalankan usaha sendiri. Terima kasih kepada seorang teman yang dulu mengenalkanku pada dunia bisnis ini, kini keadaanku sudah jauh lebih baik. Saat banyak lulusan yang masih menganggur, aku yang masih kuliah sudah bisa menikmati penghasilan yang cukup besar setiap bulannya.

Beberapa minggu yang lalu, tepatnya pada hari Jumat sore, aku sedang sibuk mengerjakan proyekku. Seperti biasanya, sambil menikmati secangkir kopi untuk menyegarkan pikiran, aku membuka dan membaca email yang masuk. Selain membalas permintaan proposal dari pelanggan, aku juga menikmati beberapa email lucu dari teman-temanku. Namun, ada satu email yang menarik perhatianku. Email itu dari Andi, seorang teman lama yang tinggal di Bogor. Dia mengajak aku untuk refreshing ke Puncak karena sedang suntuk. Kebetulan besok aku tidak ada jadwal penting, hanya perlu mengambil pembayaran dari salah satu klien. Apalagi, pacarku Monika sedang ke luar kota bersama keluarganya.

Aku segera menghubungi Andi lewat telepon.

“Di, besok aku jemput kamu ya. Kebetulan cewekku lagi nggak ada,” kataku.

“Wah, asyik dong. Akhirnya kamu punya waktu bebas juga. Cewekmu ke mana?”

“Ke Surabaya. Ada saudara yang menikah di sana.”

“Besok jangan datang terlambat ya, sekitar jam 11-an lah,” balas Andi.

“Siap!” jawabku.

Setelah itu, aku menyalakan rokok dan kembali fokus pada pekerjaanku.

Keesokan paginya, aku berangkat menuju Bogor. Sebelum masuk tol Jagorawi, aku mampir ke Tebet untuk mengambil pembayaran dari salah satu klienku. Saat aku hendak berangkat, ban mobilku kempes. Beruntung, masalah ini terjadi sebelum aku masuk tol, jadi aku bisa segera menggantinya. Akibatnya, aku baru tiba di rumah Andi sekitar jam 12.30 siang.

"Sialan lu, gue udah tunggu-tunggu dari tadi baru dateng," ujar Andi sedikit kesal saat membuka pintu rumahnya.

"Maaf, gue harus ke klien dulu. Ban mobil juga kempes di jalan."

"Ayo, kita ke tempat tambal ban dulu sebelum berangkat," kataku.

“Bentar, gue ganti baju dulu,” jawab Andi sambil berjalan ke kamarnya.

Sambil menunggu, aku membaca koran di ruang tamu. Tak lama kemudian, Siska, adik Andi, datang membawa minuman.

“Kok udah lama nggak mampir, Mas?” tanya Siska.

“Iya Sis, aku lagi sibuk. Harus kerja keras buat cari duit,” jawabku.

“Mentang-mentang udah jadi pengusaha, sombong ya,” godanya sambil tertawa kecil. Siska memang akrab denganku, anaknya ramah dan menyenangkan. Kami ngobrol santai sambil menunggu Andi.

Setelah Andi siap, kami segera menuju tempat tambal ban terdekat. Setelah urusan ban selesai, aku melanjutkan perjalanan ke sebuah bank swasta untuk mencairkan cek dari klienku. Antrian yang panjang membuat kami cukup lama di sana.

Setelah keluar dari bank, jam sudah menunjukkan pukul 14.00 siang. Aku mengajak Andi makan siang di restoran cepat saji terdekat. Di sana, kami bertemu dengan dua gadis SMA yang sedang makan siang. Satu gadis berambut pendek dan manis, sementara temannya berkulit putih dan berambut panjang dengan tubuh padat. Kami saling tersenyum dan Andi pun mengajakku untuk mengajak mereka bergabung.

“Wan, ajak mereka yuk,” kata Andi.

“Boleh aja kalau mereka mau,” jawabku.

“Tapi kamu yang traktir ya, bos. Kamu kan baru ngambil duit,” candanya.

“Siap deh,” jawabku.

Andi, yang terkenal pemberani, langsung menghampiri mereka dan mengajak berkenalan. Gadis berambut pendek memperkenalkan diri sebagai Lisa, sementara yang berambut panjang bernama Novi. Kami berempat lalu pindah ke meja mereka dan mengobrol sambil menikmati makanan. Ketika diajak, mereka setuju untuk ikut jalan-jalan ke Puncak.

Setelah makan, kami berangkat menuju Puncak. Kami menikmati pemandangan dan cuaca yang sejuk di sana. Saat hari mulai sore, kami memutuskan untuk menginap di sebuah motel.

“Wan, lu pilih yang mana?” bisik Andi saat kami sedang mengurus check-in.

“Novi,” jawabku singkat.

“Hehe, lu pasti suka bodynya ya?” bisik Andi lagi sambil tertawa kecil. Aku hanya tersenyum dan menggandeng tangan Novi menuju kamar.

Keesokan harinya, kami kembali ke Bogor. Kali ini, Andi yang menyetir mobilku. Lisa duduk di depan, sementara aku dan Novi duduk di belakang. Dalam perjalanan, aku dan Novi mengobrol sambil bercanda. Sesampainya di Bogor, kami menurunkan Lisa dan Novi di tempat semula.

“Hubungi Novi lagi ya, Mas, kalau ke Bogor,” kata Novi manis saat kami berpisah.

Aku dan Andi lalu kembali ke rumahnya. Andi berterima kasih dan berharap aku segera mendapatkan banyak proyek lagi agar kami bisa mengulang pengalaman menyenangkan ini.

Kukendarai mobilku menuju Jakarta dengan perasaan senang. Hidupku yang dulu penuh dengan tantangan kini terasa lebih ringan dan penuh kebahagiaan. Terkadang, kehidupan memang bisa memberikan kejutan yang manis.

Ini adalah cerita tentang bagaimana aku, Wawan, menikmati hidupku saat ini. Terima kasih telah membaca kisahku.

LihatTutupKomentar

popunder

Facebook